Anda tidak bisa membangun kehidupan yang luar biasa dengan keberanian yang biasa.

Keberanian adalah sebuah kualitas yang memaksimalkan.

Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan kebesaran dan ketinggian dari yang ingin Anda capai. Yang selain itu, adalah pembatasan kebebasan hati.

Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan upaya Anda untuk mencapai yang Anda inginkan. Yang selain itu, adalah pembatasan kesediaan bekerja.

Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan tanggung-jawab yang Anda pikul. Yang selain itu, adalah pembatasan potensi.

Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan ukuran dan nilai dari kontribusi Anda. Yang selain itu, adalah pengkerdilan hak untuk menerima.

Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan peran yang Anda minta dari Tuhan. Yang selain itu, adalah pengecewaan tujuan hidup Anda.

………..


Sahabat-sahabat saya yang super dan baik hatinya,

Ibu Linna dan saya akan berangkat ke Padang besok pagi, menyusul rekan-rekan MTGW Crew yang sudah sampai di Padang pagi ini.

Kami akan berada di Padang tanggal 15 dan 16 Oktober 2009 untuk melakukan taping materi program, yang akan ditayangkan oleh rekan-rekan super kita di Metro TV dalam program Mario Teguh Golden Ways.

Rekan-rekan Super Members dan Super Fans yang ada di Padang, kita saling mencari di sana ya? Mudah-mudahan kita bisa bertemu dan berbincang sebentar.

Mudah-mudahan kita semua selalu berada dalam lindungan kasih sayang Tuhan Yang Maha Memuliakan.

Adik-adik kita yang terkasih ini meneruskan proses belajar di bawah naungan tenda bocor yang seadanya.

Keceriaan canda mereka mungkin terhenti sejenak karena bencana yang menata ulang tanah kehidupan mereka, dengan cara yang mencabik dan menghapus dengan mengejutkan.

Tetapi, tidak ada yang bisa melambatkan kemajuan jiwa yang kuat. Yang melihat ke depan dengan pandangan seorang yang percaya kepada pemuliaan kehidupan bagi yang berupaya.

Karena sesungguhnya,

Bukan yang terjadi kepada kita, yang menentukan kemenangan dan kemuliaan kita dalam kehidupan ini. Tetapi, apa yang kita lakukan karena yang terjadi kepada kita.

Kualitas reaksi kita karena yang terjadi, adalah penentu kualitas kehidupan kita.

Maka, marilah kita yang berhati baik dan penuh kasih sayang,
mendahulukan gerakan hati, pikiran, dan tubuh kita untuk membantu meringankan beban semua saudara kita yang sedang terpedihkan hidupnya,
dan mentenagai upaya mereka dengan perwujudan nyata dari keimanan kita – dengan mengirimkan uang, bahan makanan, pakaian, dan apa pun yang dapat kita bagikan.

Jangan pernah membatasi yang Anda rasakan sebagai yang mereka butuhkan. Kirimkan yang dapat Anda kirimkan, karena merekalah yang akan menemukan kegunaan dari bantuan Anda bagi pemulihan kehidupan mereka.

Janganlah biarkan jiwa-jiwa polos, tulus, dan berani itu berupaya sendiri tanpa senyuman yang mendamaikan hati mereka yang terpedihkan.

Jika kita memulai melakukan segala sesuatu dengan ucapan:

"Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang";

marilah kita berlaku penuh kasih dan penuh sayang kepada saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan.

Membantulah.
Memberilah.
Berkasih-sayanglah.

Karena,

Anda tidak mungkin bisa memberi, tanpa menjadi lebih pantas untuk menerima.

Kita tidak boleh mengharapkan pamrih dari bantuan kita kepada sesama. Karena, pamrih terbesar bagi semua upaya kita adalah agar kita disambut dan dibuai dalam kasih sayang dan pemuliaan oleh Tuhan Pemilik Alam ini, karena kemuliaan hati kita.

Marilah kita bersama menjadikan Indonesia sebagai tanah air kehidupan kita yang mulia, dengan pertama-tama memuliakan diri kita sendiri, agar pemuliaan kita kepada sesama saudara Indonesia – menjadi sebuah upaya yang dirahmati Tuhan.

Marilah kita menjadi pribadi Indonesia yang mulia.



Kita berangkat bekerja untuk mencapai keberhasilan.

Tetapi ada yang berangkat hanya agar tidak terlambat,
agar tidak dimarahi, atau agar kelihatan ada.

Apakah alasan Anda?

Sadarilah bahwa Anda hanya sepenting alasan Anda.

Semakin kuat alasan Anda, akan semakin kuat upaya Anda.

Maka berhentilah sejenak,
dan pikirkanlah alasan bagi kerja keras Anda,
alasan bagi semua beban yang Anda pikul,
dan alasan bagi pencapaian dari semua impian Anda.

Ketahuilah bahwa seseorang belum sepenuhnya hidup,
sampai dia mengetahui untuk apakah kehidupannya.

………..

RASA MALAS MU TAK AKAN MENGKERDILKAN MU,
JIKA ENGKAU TAK BERLAKU MALAS.

………..


Adik ku yang dititipkan oleh ibu mu kepada ibu ku,

Ketahuilah bahwa dalam malam-malam tak bertidur, dalam baring ku di tempat tidur yang tak mengantukkan ku,

aku memilih untuk tetap terjaga mendengarkan gema lamat dari rintihan hati mu, daripada mengupayakan tidur yang telah lama menjadi hak badan ku yang letih.

Adik ku, ketahuilah ini …,

bahwa aku juga sering menemukan diriku sedang berkeluh-kesah tentang tidak mudahnya kehidupan ini, dan aku menenggelamkan diri dalam perasaan seperti terbius dalam kenikmatan perasaan lemah dan tak berdaya.

Memang perasaan lemah tak berdaya itu bisa terasa nikmat sekali.

Tetapi aku tahu, itu perasaan yang hanya akan mencandui diriku dengan penikmatan kelemahan, yang akan semakin menjauhkan diriku dari sifat asli ku yang mensyukuri kualitas-kualitas terpuji, dan yang haru dalam peran-peran yang membesarkan kehidupan.

Maka, adik ku yang sejatinya dilahirkan dengan kekuatan-kekuatan yang mengagumkan,

teruskanlah keluhan dan rintihan mu itu, se-panjang yang dapat kau teruskan …,
asal engkau melandasi semua keluhan mu dengan kesadaran bahwa engkau lah satu-satunya diri yang bertanggung-jawab bagi kebaikan hidup mu sendiri.

Teruskanlah mengeluh dan menyalahkan kehidupan,
se-lama mungkin …,
asal engkau tahu bahwa pada akhirnya engkau lah yang harus mengubah diri, agar kehidupan mengubah perlakuannya kepadamu.

Yang akan ku katakan ini - mungkin tidak baru bagi mu, tetapi mudah-mudahan bisa memperbarui pengertian mu, bahwa

Hidupmu diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan yang akan menguntungkan atau merugikan diri mu, jika engkau berpihak kepada salah satu darinya.

Maka pihaki lah kekuatan yang berniat membesarkan mu, walau mungkin engkau tak menyukai cara-caranya.

Perhatikanlah,
dengan hati yang berpihak kepada yang baik.

Kekuatan-kekuatan kebaikan,
menyambut mu dengan mengibarkan semangat kebahagiaan dan aroma kesurgaan,
bagi pencapaian kemuliaan dirimu dan bagi kecemerlangan nilai keberadaan mu bagi kebaikan kehidupan.

Semuanya ditujukan agar engkau menjadi pribadi yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang cemerlang.

Tetapi, kekuatan-kekuatan yang tidak menyukai kebaikan yang dapat kau capai,
merayukan penikmatan dari kemalasan dan penundaan,
membisikkan penderitaan dari kegagalan yang akan kau temui dalam rencana-rencanamu,
dan mentenagai kekhawatiran dan ketakutan-ketakutanmu.

Dan semuanya ditujukan agar engkau tidak mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidupmu.

………..


Dan ini yang sudah lama ingin kutanyakan kepada mu,
adik ku yang hatinya rindu bagi hidup yang baik,

Kekuatan manakah yang kau pihaki?

Apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan semangat mu untuk mencapai semua yang mungkin kau capai,

atau

apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan kekhawatiran dan ketakutan mu,
yang mencegah dirimu dari tindakan-tindakan perbaikan yang lebih tegas,
dan yang melatih mu untuk merasa benar dalam sikap dan pikiran yang salah,
dan yang membuatmu tak malu menyalahkan semua orang atas kelemahan hidup yang kau sebabkan sendiri?

Maka terimalah ini, bahwa

Orang malas adalah orang yang tidak bangga dengan dirinya sendiri,
yang tidak melihat dirinya penting bagi keluarga dan orang lain,
dan tidak perduli dengan perasaan orang yang mengharapkan kebaikan dari yang bisa dilakukannya.

………..

Adik ku yang baik hatinya,

Rasa malas yang menguasai orang hebat, adalah kekuatan yang menjadikannya sama tidak-berguna-nya dengan orang lemah yang membakati kemalasan.

Maka janganlah engkau membakati kemalasan.

Karena ketahuilah, bahwa

Bahkan setan pun tidak tertarik untuk mengganggu orang malas.

Karena, kemalasan itu sudah lebih dari cukup untuk mengkerdilkan kehidupan anak manusia, apa pun kehebatan yang aslinya ada pada dirinya.

Dan jika engkau sedang memanjakan kemalasan dalam dirimu, sadarilah bahwa

Rasa malas itu bukanlah kelemahan.

Rasa malas adalah kekuatan yang sangat luar biasa keefektifannya untuk mengkerdilkan kehidupan.

Telah berapa banyakkah jiwa-jiwa yang sejatinya dilahirkan mulia dan berbakat menjadi pemimpin besar, yang dikerdilkan oleh rasa malas?

Maka adik ku yang sangat ku kasihi,

janganlah engkau bergabung dalam antrian orang-orang renta yang lemah dan sedih, yang tadinya adalah bayi-bayi mungil yang ceria, polos, dan spontan menginginkan kebesaran dan kemuliaan hidup, tetapi yang telah berhasil di-tersungkur-kan oleh kemalasan.

Jika mereka sudah tahu hasil akhir dari keberpihakan mereka kepada kemalasan,
mengapakah mereka meneruskan hidup dalam fatamorgana kemalasan,
yang hanya akan memanjangkan kehidupan yang tua, lemah dan yang penuh dengan kesedihan?

Dan, yang lebih menyedihkan, mereka menyalahkan semua orang selain dirinya sendiri.

Adik ku yang tidak boleh meragukan kecerdasannya sendiri, ketahuilah bahwa

Menyalahkan orang lain atas buruknya kehidupan, adalah reaksi alamiah orang yang malas memperbaiki kehidupannya sendiri.

Menjadi malas, atau bertindak, adalah pilihan pikiran mu sendiri, dan tidak boleh kau serahkan kepada keputusan dari badan mu yang sedang yang lemah dan letih.

Maka tanyakanlah ini kepada diri mu sendiri,

Apakah yang lebih menarik bagi mu?

Menjadi pribadi malas dan lemah, atau menjadi pribadi aktif, yang melakukan banyak hal berguna bagi kebaikan diri atau orang lain?

Aku tahu bahwa engkau akan berpihak kepada pikiran dan sikap yang membesarkan mu,
bahwa engkau akan menggunakan waktu mu dengan baik,
dan bahwa engkau sadar - bahwa waktu mu di sebut baik jika yang kau lakukan di dalamnya adalah kebaikan.

Aku tahu bahwa engkau menyadari, bahwa

Pribadi yang malas dan lemah, sebetulnya sedang menyerahkan penggunaan waktunya untuk menjadi semakin terbiasa dengan kemalasan dan kelemahan.

Dan setelah dia sepenuhnya terlatih dalam kemalasan, dia akan menggunakan kemalasan untuk menolak apa pun yang bisa memperbaiki kehidupannya yang lemah.

Dia tidak memiliki ketertarikan kepada yang selain kemalasan.

Karena, dia rajin hanya untuk satu hal.
Dia sangat rajin untuk bermalas-malasan.

Dan aku tahu bahwa itu bukanlah diri mu.

Engkau jauh dari itu, bahkan jauh dari yang kadang-kadang kau sangkakan atas diri mu sendiri.

Sebetulnya engkau adalah pribadi yang pandai; yang terkadang belum menggunakan kepandaiannya untuk menghebatkan dirinya.

Maka ketahuilah ini, bahwa

Seorang yang pandai dan rajin, tetapi yang sedang sakit keras, dan sudah berbaring lemah di ranjang penantian akhir kehidupannya – tidak memiliki perbedaan dari seorang muda yang sehat, cerdas, dan berbakat, tetapi yang tidak berupaya mengalahkan kemalasannya.

Adik ku yang bertugas untuk membesarkan kehidupan dirinya, keluarganya dan semua saudaranya,

melihatlah ke sekeliling mu, dan engkau akan melihat diri-diri yang kelemahannya menyayat hati mu yang penuh kasih itu, karena

Ada orang yang sangat malas. Dia bahkan malas memberi makan dirinya sendiri.

Apakah engkau akan menemukan orang yang lebih malas dari itu?

Tidak ada orang yang lebih malas daripada dia yang malas memberi makan dirinya sendiri.

………..

Adik ku,

jika hati mu bergetar mendengar ini,
itu berarti engkau bukan orang biasa:

Engkau adalah pribadi yang khusus.
Engkau demikian khusus, sehingga cara-cara orang untuk mengenali diri mereka, tidak dapat kau gunakan untuk mengenali diri mu.

Engkau adalah pribadi yang berkelas.
Engkau demikian berkelas, sehingga engkau mengetahui jika orang lain berlaku kurang dari sepenuhnya menghormati mu.

Engkau adalah pribadi yang baik.
Engkau demikian baik, sehingga engkau peka terhadap ketidak-adilan orang lain kepada sesamanya.

Engkau bukan orang biasa.

Itu sebabnya, engkau hanya mengijinkan diri mu sendiri, untuk tidak menggunakan kekuatan mu, untuk tidak melakukan yang kau ketahui harus kau lakukan, untuk menunda yang seharusnya kau dahulukan, dan untuk mempertengkarkan hal-hal kecil yang tak pantas bagi pribadi sekelas mu.

………..

Adik ku yang dikhususkan oleh Tuhan, ketahuilah, bahwa,

Seorang yang berkelas tinggi, yang sangat cerdas dan berbakat untuk menjadi pribadi yang mengagumkan, tetapi yang membiarkan dirinya berlumut dalam kemalasan, akan menjadi seorang pengeluh dengan pikiran dan perasaan kelas rendah, dan bergaul dalam pertemanan yang tidak berkelas.

Semua orang yang kau sebut malas itu, adalah biasanya orang yang kau lihat sebagai orang yang lebih rendah dari mu, tetapi yang kau harapkan untuk bersikap lebih berguna.

Maka sadarilah juga, bahwa engkau menjadikan dirimu dilihat lebih rendah oleh orang lain, jika engkau berlaku malas dan tidak memenuhi harapan mereka agar engkau menjadi pribadi yang lebih berguna.

Sebetulnya, siapakah yang akan diuntungkan jika engkau menjadi pribadi yang bernilai?

Siapakah yang akan hidup dalam dirimu, dan yang dan akan merasa damai dan bangga, jika engkau menjadi pribadi yang menyebabkan perbaikan kehidupan bagi orang lain?

Dan apakah mungkin bagimu untuk menjadi penyebab kebaikan bagi kehidupan banyak orang, tanpa engkau sendiri dibaikkan kehidupan mu?

Sekarang, marilah kita berpihak kepada kecenderungan mu untuk menyalahkan orang lain selain diri mu sendiri atas pelemahan hidup mu.

Karena, memang benar ada kekuatan-kekuatan yang berniat tidak baik terhadap mu.

Mereka telah menjadikan neraka bagi rumah masa depan mereka, karena kesungguhan mereka untuk melemahkan dan menyesatkan kehidupan mu.

Tetapi, mereka hanya akan berhasil – jika engkau tidak mengalahkan gangguan, upaya pelemahan dan penyesatan terhadap mu, dan jika engkau menuduhkan gangguan itu sebagai ketidak-adilan Tuhan.

Adik ku yang kebaikannya adalah hadiah dari kerja keras ku, ketahuilah bahwa

Engkau di-malas-kan, karena mereka tahu bahwa ada rencana besar bagi kehidupan mu.

Mereka tidak akan bersusah-sudah mengganggu mu dengan kemalasan, jika engkau tidak bernilai cukup besar - untuk dikerdilkan.

Hanya karena engkau pribadi terpilih dalam rencana-rencana Tuhan, mereka memilih mu untuk digagalkan.

Janganlah engkau membantu mereka berhasil mengkerdilkan kehidupan mu.

Maka, jika rasa malas itu datang dan muncul dalam relung-relung hati mu, mengkristal di sudut-sudut pikiran mu, dan merambat di antara serat-serat otot mu, tersenyumlah, dan katakanlah ini kepada diri mu:

Sebetulnya aku sedang di-malas-kan,
maka akan ku nikmati rasa malas ini,

tetapi tidak akan ku gunakan rasa ini untuk menunda yang harus ku lakukan,
atau untuk mengurangi kesantunan ku,
atau untuk melalaikan kualitas dan perhatian-baik ku dalam bekerja.

Tidak.

Aku adalah penguasa atas diri ku sendiri.

Aku adalah pribadi yang bernilai dalam semangat-semangat besar ku, dan aku pribadi yang sama bernilai-nya bahkan dalam perasaan-perasaan lemah ku.

Aku pribadi yang bernilai, karena keputusan ku.


………..


Sahabat saya yang mulia hatinya,

Terima kasih atas kesediaan baik Anda untuk mencermati Golden Moment yang tidak pendek ini, karena saya ingin menyampaikan konsep mengenai rasa malas secara lebih utuh, agar kita juga seutuhnya sadar mengenai resiko dan keuntungan dari penggunaan rasa malas dalam kehidupan kita.

Dalam suasana berkabung atas bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Sumatera Barat,

marilah kita melebihkan doa dan bantuan bagi saudara-saudara terkasih kita yang sedang terpedihkan hati dan kehidupannya di Sumatera Barat. Marilah kita menjadi pribadi Indonesia yang saling mengasihi.


Sampai kita bertemu dan berjabat-tangan suatu ketika nanti.


Mulailah Keberhasilan Anda Dari Mana Pun Anda Berada

Jika Anda letih dengan keadaan Anda sekarang, dan merindukan segeranya perubahan yang menyejahterakan, yang membahagiakan, dan yang mencemerlangkan kehidupan Anda, segerakanlah perubahan Anda.

Segeralah memulai.

Mulailah dari tempat di mana Anda berada, dan pastikan Anda memulai sekarang.

Jangan pernah lupakan, bahwa

Anda sampai, hanya karena Anda berangkat.

Dan ingatlah, bahwa

Batas waktu itu dibuat bukan karena Anda harus selesai, tetapi karena Anda harus segera memulai.

Dan setelah pengertian ini mendapatkan tempat yang kuat di hati Anda, perjelaslah bagi diri Anda sendiri, bahwa

Keberhasilan Anda ada pada tempat yang lebih tinggi dari yang sedang Anda kerjakan sekarang.

Kemudian,
janganlah berlaku seperti orang yang mengeluhkan apa saja yang tidak terlihat di dalam sebuah gambar, tetapi

Berfokuslah pada yang telah jelas terlihat,
karena dari sana lah Anda mencapai tempat-tempat yang belum terlihat bahkan oleh imajinasi Anda.

Lalu bekerja keraslah dalam kedamaian bahwa Anda telah melakukan yang benar.

Janganlah berupaya menjelaskan mengapa Anda tidak mencapai yang belum Anda capai.
Bekerjalah untuk mencapai yang telah jelas bagi Anda.

Janganlah mensyaratkan yang belum Anda miliki sebagai cara untuk mencapai yang Anda inginkan.

Anda akan diantarkan ke tempat-tempat tinggi yang Anda idamkan itu, hanya jika Anda menjadi tidak pantas lagi bagi tempat di mana Anda berada sekarang.

Perhatikanlah, semua jiwa yang mencapai kecemerlangan hidupnya, mencapainya dari tempat di mana mereka tadinya betul-betul berada, apa pun keadaan mereka saat itu.

Anda tidak terbebas dari keharusan yang sama, yaitu keharusan untuk memindahkan diri Anda sendiri dari keadaan yang sekarang ke keadaan yang Anda inginkan.

Maka,

Mulailah keberhasilan Anda dari mana pun Anda berada.

Anda akan mencapai apa pun
jika Anda bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Tetapi, berapa banyakkah orang yang kesibukannya betul-betul berhubungan dengan yang akan dicapainya?

Berapa banyakkah orang yang ingin menjadi orang kaya yang kesibukannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhemat dan memperbesar pendapatan?

Apakah mungkin kita menjadi kaya dengan kebiasaan yang memiskinkan diri?

Apakah mungkin kita panjang umur dengan kebiasaan yang merusak kesehatan?

Dan apakah mungkin kita menjadi orang besar dan dimuliakan dengan kebiasaan mencela dan bermusuhan dengan orang lain?

Maka marilah kita ikhlaskan diri ini untuk terlibat hanya dalam hal-hal yang berguna.


Jangan paksa orang untuk berubah. Berubah itu sulit.

Biarkanlah mereka memilih cara terbaik bagi kehidupan mereka sendiri,
karena adalah hak mereka juga untuk hidup dalam cara yang nyaman bagi mereka.

Mengertilah bahwa;

Berubah itu sangat sulit.

Janganlah paksa orang yang merasa sulit untuk berubah.

Sangat sulit untuk memaksa diri ini untuk melakukan perubahan,
bahkan yang kecil, walau pun untuk yang penting.

Lebih mudah untuk tidak berubah,
dan meneruskan hidup dalam kesulitan.

Maka,

Jangan paksa orang untuk berubah. Berubah itu sulit.

Berkasih sayanglah.
Perubahan itu tidak mudah, terutama untuk memperbaiki kualitas hidup.

Lebih mudah meneruskan apa adanya,
walau pun tidak mudah hidup dalam kesulitan.

Maka jangan ganggu dia yang sulit berubah,
walau pun itu untuk kebaikannya sendiri.

Biarkanlah dia mengutamakan yang mudah sekarang,
karena dia tidak keberatan dengan kesulitannya.

Berubah untuk kebaikan itu sulit,
lebih mudah untuk meneruskan kelemahan hidup.

Maka, lebih berkasih-sayang lah.

………..

Sahabat-sahabat saya yang bening hatinya,

Terima kasih atas kesediaan baik Anda untuk membaca Golden Moment di atas.

Semoga dengannya kita lebih berkasih sayang kepada saudara-saudara kita yang lebih mendahulukan keamanan dalam tidak bertindak, dan kenyamanan dalam keadaan yang mereka sudah biasa rasakan – walau pun tak henti mereka keluhkan.

Kita memiliki hak yang sama bagi keputusan-keputusan yang berdampak bagi kualitas kehidupan kita masing-masing.

Jika ada orang yang membenci keadaan buruknya dan memprotes kehidupan atas kelemahan hidupnya, tetapi menolak untuk memulai perubahan yang tulus bagi kebaikannya, kita harus tetap menghormati keptutusannya.

Dia mungkin tidak akan menghormati dirinya sendiri yang membenci keadaannya, tetapi tidak ikhlas melakukan yang diketahuinya baik untuk dilakukannya; tetapi dia saudara kita juga. Maka hormatilah keputusannya.

Jika ada orang yang secara tegas melambatkan diri dalam menjadikan dirinya bersegera bagi kebaikannya sendiri, kita harus menyiapkan kekuatan hatinya dengan kasih sayang kita, karena dia sebetulnya sedang memperkuat pelemahan hidupnya sendiri.

Apakah dia akan mengerti bahwa dia sendiri yang menjadi penyebab bagi kelemahan hidupnya?

Tidak. Itu sebabnya kita harus lebih berkasih sayang.

Berubah untuk kebaikan itu sulit, lebih mudah untuk meneruskan kelemahan hidup.
Jangan paksa orang untuk berubah. Berubah itu sulit.

Maka,

Maka, lebih berkasih-sayang lah.
………..


Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Terima kasih dan salam super,

Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Katakanlah ini kepada saudara anda yang lebih muda,
dan yang hidupnya menggeliat lemah dalam ketakutan-ketakutannya:


Sebetulnya, apakah yang kau takuti?

Aku sudah lama mendengar lenguh keluhanmu mengenai kelemahan hidupmu,

dan sudah lama dan sering juga aku berbicara mengenai kekuatan hatimu,
yang sebetulnya sangat kuat,
tetapi yang kau lemah-lemahkan dengan sikap pengeluhmu.

Aku tak habis terheran-heran dengan kontradiksi dalam sikapmu.

Engkau sering lantang mencela orang lain,
bahkan yang lebih terpelajar dan lebih berhasil darimu,
dengan sikap seolah hanya engkau yang benar,

dan engkau menantang semua orang yang berbeda pendapat denganmu,
dan dalam tantanganmu engkau sangat berani mati,
melawan mereka yang keberaniannya adalah untuk hidup dengan baik.

Tetapi tak lama setelah itu,

engkau akan merintih lemah dan mengeluhkan keadilan kehidupan ini,
dan berharap ada orang yang sangat berbaik-hati kepadamu,
dan menolongmu keluar dari kesulitan hidupmu.

Adikku yang terkasih,
tetapi yang sering mengabaikan kasihku,

Dengarkanlah ini dengan hatimu, bahwa

Jika engkau sedang terpisah dari kehidupan yang baik,
itu karena engkau menggunakan rasa takutmu
sebagai sekat-sekat yang membatasi kebebasanmu.

Ketakutanmu adalah dinding pemisah antara keadaanmu sekarang,
dengan keadaan yang kau idamkan itu.

Dinding itu didirikan bukan untuk menjahatimu,
tetapi untuk memisahkan kemalasan dari urat-uratmu,
menghapus kepongahan dari tingkahmu, dan
menghentikan perhitungan pikiranmu mengenai peruntungan yang bukan dari Tuhan.

Dinding itu didirikan agar engkau tak berlama-lama berada dalam ketidak-berdayaan,
dan agar engkau segera menyeret dirimu melakukan yang akan menyampaikanmu kepada keleluasaan.

Sadarilah ini, bahwa

Sebenarnya engkau sedang menakuti tindakan yang akan memberanikanmu.

Semua orang yang kau kira berani itu,
adalah sesungguhnya orang-orang yang sama takutnya denganmu,
tetapi yang tetap bertindak berani dalam rasa takut mereka.

Lalu mengapakah engkau yang sering lebih angkuh daripada mereka – tidak berlaku se-berani mereka?

Janganlah lagi mengeluh.

Engkau tidak mungkin mengeluhkan selain kelemahanmu.

Bertindaklah lebih berani.

Sadarilah bahwa semua keluhan mengenai kelemahanmu
adalah karena engkau mendahulukan pemeliharaan rasa takutmu,
daripada pengutamaan tindakan yang lebih berani.

Sebetulnya, apakah yang kau takuti?

Apakah engkau takut Tuhan tidak akan memeliharamu karena pilihan-pilihan baikmu?

Apakah engkau tidak menyadari bahwa perlakuan buruk
yang kau alami sekarang ini adalah perintah dari kehidupan
agar engkau meninggalkan tempat yang tidak menghormatimu itu?

Bukankah telah ada banyak orang yang mulia dan kaya di tempat lain?

Apakah yang membuatmu demikian yakin bahwa kehidupan hanya ada di tempatmu yang sedang memperlakukanmu dengan buruk itu?

Sebetulnya, di manakah engkau letakkan iman mu?

Adikku,

Jika engkau beriman, engkau akan berani.

Pengikut

About this blog

Cari Blog Ini