Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Katakanlah ini kepada saudara anda yang lebih muda,
dan yang hidupnya menggeliat lemah dalam ketakutan-ketakutannya:


Sebetulnya, apakah yang kau takuti?

Aku sudah lama mendengar lenguh keluhanmu mengenai kelemahan hidupmu,

dan sudah lama dan sering juga aku berbicara mengenai kekuatan hatimu,
yang sebetulnya sangat kuat,
tetapi yang kau lemah-lemahkan dengan sikap pengeluhmu.

Aku tak habis terheran-heran dengan kontradiksi dalam sikapmu.

Engkau sering lantang mencela orang lain,
bahkan yang lebih terpelajar dan lebih berhasil darimu,
dengan sikap seolah hanya engkau yang benar,

dan engkau menantang semua orang yang berbeda pendapat denganmu,
dan dalam tantanganmu engkau sangat berani mati,
melawan mereka yang keberaniannya adalah untuk hidup dengan baik.

Tetapi tak lama setelah itu,

engkau akan merintih lemah dan mengeluhkan keadilan kehidupan ini,
dan berharap ada orang yang sangat berbaik-hati kepadamu,
dan menolongmu keluar dari kesulitan hidupmu.

Adikku yang terkasih,
tetapi yang sering mengabaikan kasihku,

Dengarkanlah ini dengan hatimu, bahwa

Jika engkau sedang terpisah dari kehidupan yang baik,
itu karena engkau menggunakan rasa takutmu
sebagai sekat-sekat yang membatasi kebebasanmu.

Ketakutanmu adalah dinding pemisah antara keadaanmu sekarang,
dengan keadaan yang kau idamkan itu.

Dinding itu didirikan bukan untuk menjahatimu,
tetapi untuk memisahkan kemalasan dari urat-uratmu,
menghapus kepongahan dari tingkahmu, dan
menghentikan perhitungan pikiranmu mengenai peruntungan yang bukan dari Tuhan.

Dinding itu didirikan agar engkau tak berlama-lama berada dalam ketidak-berdayaan,
dan agar engkau segera menyeret dirimu melakukan yang akan menyampaikanmu kepada keleluasaan.

Sadarilah ini, bahwa

Sebenarnya engkau sedang menakuti tindakan yang akan memberanikanmu.

Semua orang yang kau kira berani itu,
adalah sesungguhnya orang-orang yang sama takutnya denganmu,
tetapi yang tetap bertindak berani dalam rasa takut mereka.

Lalu mengapakah engkau yang sering lebih angkuh daripada mereka – tidak berlaku se-berani mereka?

Janganlah lagi mengeluh.

Engkau tidak mungkin mengeluhkan selain kelemahanmu.

Bertindaklah lebih berani.

Sadarilah bahwa semua keluhan mengenai kelemahanmu
adalah karena engkau mendahulukan pemeliharaan rasa takutmu,
daripada pengutamaan tindakan yang lebih berani.

Sebetulnya, apakah yang kau takuti?

Apakah engkau takut Tuhan tidak akan memeliharamu karena pilihan-pilihan baikmu?

Apakah engkau tidak menyadari bahwa perlakuan buruk
yang kau alami sekarang ini adalah perintah dari kehidupan
agar engkau meninggalkan tempat yang tidak menghormatimu itu?

Bukankah telah ada banyak orang yang mulia dan kaya di tempat lain?

Apakah yang membuatmu demikian yakin bahwa kehidupan hanya ada di tempatmu yang sedang memperlakukanmu dengan buruk itu?

Sebetulnya, di manakah engkau letakkan iman mu?

Adikku,

Jika engkau beriman, engkau akan berani.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

About this blog

Cari Blog Ini