SURAT - SURAT BERHARGA

Pengertian

Surat berharga dapat berupa saham maupun obligasi perusahaan lain yang dibeli dengan tujuan bukan untuk investasi melainkan untuk dijual kembali pada saat nilai kursnya lebih tinggi dari harga perolehan surat berharga tersebut, sehingga surat berharga disajikan dalam neraca pada aktiva lancar.

Akuntansi surat berharga.

Akuntansi surat berharga meliputi akuntansi pada saat pemilikan surat-surat berharga, akuntansi selama pemilikan dan akuntansi penjualan surat-surat berharga.

SAHAM

Adalah surat tanda kepemilikan atas perusahaan yang menjual saham tersebut. Pembeli saham berhak atas pembagian dari keuntungan yang disebut dengan deviden.

Pembelian saham

Contoh:

PT HASNA membeli saham PT FIKRI pada tanggal 1 juni 2000 sebanyak 100.000 lembar yang memiliki nilai nominal @ Rp 100.000 dengan kurs 98%. Biaya provisi dan materai Rp 5.000.000. jurnal yang dibuat PT HASNA adalah:

Surat-surat berharga/investasi sementara Rp 985.000.000,-

Kas Rp 985.000.000,-

Perhitungan:

Harga kurs saham 98% x 100.000 x Rp 100.000 = Rp 980.000.000,-

Biaya provisi dan materai = Rp 5.000.000,-

Total = Rp 985.000.000,-

Jika pada tanggal 1 juli 2000 PT HASNA memperoleh deviden sebesar 5% dari nilai nominal saham, maka jurnal yang dibuat adalah

Kas Rp 50. 000. 000

Pendapatan dividen Rp 50.000.000

Perhitungan:

Dividen = 5% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 50.000.000,-

Jika kemudian pada tanggal 1 agustus 2000 PT HASNA menjual saham sebanyak 60.000 lembar dengan harga kurs 105% biaya provisi dan materai penjualan saham tersebut adalah Rp 3.000.000,-, maka jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah:

Kas Rp. 627.000.000,-

Surat Surat Berharga Rp. 591.000.00,-

Laba Penjualan Surat Berharga Rp. 36.000.000,-

Perhitungan:

Harga kurs saham: 105% x 60.000 x Rp 100.000 = Rp 630.000.000

Biaya penjualan (provisi dan materai) =(Rp 3.000.000)

Harga jual = Rp 627.000.000

Harga perolehan saham:

60.000 x Rp 985.000.000 100.000 =(Rp 591.000.000)

Laba penjualan surat berharga =Rp 36.000.000

OBLIGASI

Adalah surat pengakuan hutang dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Pemilik obligasi berhak atas penerimaan bunga yang biasanya dibayarkan 2 kali dalam setahun.

Pembelian surat berharqa

Contoh:

Tanggal 1 mei PT NISA membeli 4 lembar obligasi dari PT FKR nilai nominalnya @ Rp 50.000.000 dengan kurs 97%. Biaya provisi dan materai Rp 1.000.000 bunga obligasi 6% setahun dibayarkan setiap tanggal 1 maret dan 1 september.

Jurnal PT NISA adalah:

Surat-surat berharga/lnvestasi sementara Rp 194.000.000

Pendapatan bunga/Piutang bunga ObI Rp 2.000.000

Kas Rp 197.000.000

Perhitungan:

Harga kurs obligasi 97% x 4x Rp 50.000.000 = Rp194.000.000

Biaya provisi dan materai = Rp 1.000.000

Harga perolehan obligasi = Rp 195.000.000

Bunga berjalan : 2/12 x 6/100 x Rp 200.000.000 = Rp 2.000.000

Jumlah kas yang dibayarkan = Rp 197.000.000

Jika pada tanggal 1 september PT NISA masih memiliki obligasi maka jurnal yang dibuat adalah:

Kas Rp 6.000.000

Pendapatan bunga Rp 6.000.000

Pada tanggal 1 desember PT NISA menjual 4 lembar obligasi tersebut dengan kurs 95%, biaya provisi dan materai Rp 1.500.000 jurnal yang dibuat oleh PT NISA adalah:

Kas Rp 191.500.000

Rugi penjualan surat berharga Rp 6.500.000

Surat-surat berharga Rp 195.000.000

Pendapatan bunga Rp 3.000.000

Perhitungan:

Harga kurs obligasi 95% x 4 x 500.000 = Rp 190.000.000

Biaya provisi dan materai = ( Rp 1.500.000)

harga jual = Rp 188.500.000

bunga berjalan:

3/12 x 6/100 x Rp 20.000.000 = Rp 3.000.000

Jumlah kas yang diterima = Rp 191.500.000

Harga jual obligasi Rp 188.500.000

Harga perolehan obligasi Rp 195.000.000

Rugi penjualan obligasi Rp 6.500.000

Bunga berjalan hanya menambah kas yang diterima oleh pemilik obligasi ketika terjadi penjualan, dan tidak merubah harga perolehan rnaupun harga jual obligasi. Dalam memperhitungkan bunga berjalan dimulai dari tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal penjualan adalah hak penjual.

PENY AJIAN SURA T BERHARGA DI NERACA

Baik saham maupun obligasi ditampilkan dalam neraca pada rekening "Surat-surat Berharga" pada Aktiva Lancar.

Dua macam penilaian Surat-surat Berharga dalam neraca:

1. Harga Perolehan

2. Harga Perolehan atau Harga Pasar Mana yang Lebih Rendah (Cost or market

Whichever is Lower)

Investasi sementara dalam obligasi atau sekuritas utang lainnya, dicantumkan dalam neraca sebesar harga perolehan. Dengan demikian perubahan nilai dalam sekuritas utang selama sekuritas tersebut dimilki, tidak diperhatikan. Terkecuali apabila penurunan harga tersebut material jumlahnya dan diperkirakan akan berlangsung dalam jangka yang relative permanent.

Akan tetapi investasi sementara dalam saham dinilai dan dilaporkan sebesar harga terendah di antara keseluruhan harga perolehan dan keseluruhan harga pasar pada tanggal neraca.

Contoh:

PT Anda per tanggal 31 Desember 2004 memiliki data surat berharga secara keseluruhan sbb:

Keterangan

Harga Perolehan

Harga Pasar

Selisih

100 lembar saham PT Nana

Rp 9.850.000

Rp 9.950.000

Rp 100.000

4 lembar obligasi PT Andi

Rp 1.950.000

Rp 1.750.000

(Rp 200.000)

40 lembar saham PT Anto

Rp 4.350.000

Rp 4.050.000

(Rp 300.000)

Jumlah

Rp 16.150.000

Rp 15.750.000

(Rp 400.000)

Maka jurnal penyesuaian adalah:

Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 400.000

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 400.000

Misal perush menjual surat berharga dgn harga jual Rp 16.100.000, maka jurnal penyesuaian adalah:

Kas Rp 16.100.000

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 400.000

Surat-surat Berharga Rp16.150.000

Laba Penjualan surat berharga Rp. 350.000

Contoh:

PT Anda per tanggal 31 Desember 2004 memiliki data surat berharga untuk setiap elemen sbb:

Keterangan

Harga Perolehan

Harga Pasar

Harga Perolehan yang lebih rendah

100 lembar saham PT Nana

Rp 9.850.000

Rp. 9.950.000

Rp. 9.850.000

4 lembar oblifasi PT Andi

Rp. 1.950.000

Rp. 1.750.000

Rp. 1.750.000

40 lembar saham PT Anto

Rp. 4.350.000

Rp. 4.050.000

Rp. 4.050.000

Jumlah

Rp. 16.150.000

Rp. 15.650.000

Misal perush menjual surat berharga dgn harga jual Rp 16.100. 000, maka jurnal penyesuaian adalah

Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 500.000

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 500.000

Kas Rp 16.100.000

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp 500.000

Surat-surat Berharga Rp 16.150.000

Laba Penjualan surat berharga Rp. 450.000

Umumnya surat-surat berharga dinilai berdasarkan harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasarnya yang diterapkan untuk keseluruhan surat­surat berharga bukan pada setiap jenisnya.

CONTOH PERMASALAHAN :

· Pada tanggal 1 Mei 2005 PT Andi membeli 50 lembar saham PT Dinda yang memiliki nilai nominal @Rp1.000.000, Kurs pada saat pembelian 98%. Biaya komisi dan meterai 60.000

· Pada tanggal 1 Juni 2005 dijual 30 lembar saham PT Dinda dengan krs 105%.

Biaya komisi dan meterai Rp40.000. Saat itu PT Andi juga membeli 10 lembar obligasi 6% yang dikeluarkan PT Nanda dengan nilai nominal @Rp20.000.000. Kurs saat pembelian 101 % dan obligasi tersebut bunganya dibayar setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober. Dengan biaya komisi dan meterai Rp21 0.000

· Tanggal1 Desember 2005 Obligasi PT Nanda dijual dengan kurs 105%, dan biaya komisi & materai Rp250.000

Berdasarkan data tersebut buatlah jurnal yang dibutuhkan !!

Jawab:

· 1 Mei 2005

Surat-surat berharga Rp49.060.000

Kas Rp49.060.000

(Jurnal untuk mencatat pembelian 50 lembar saham PT Dinda)

Perhitungan:

Harga kurs saham 98% x 50 x Rp 1.000.000 = Rp. 49.000.000,-

Biaya komisi dan materai = Rp. 60.000 ,-

Harga prolehan 50 lembar = Rp. 49.060.000,-

· 1 Juni 2005 (penjualan saham)

Kas Rp31.460.000

Surat-surat berharga Rp29.436.000

Laba penjualan SB Rp 2.024.000

(Jurnal untuk mencatat penjualan 30 lembar saham PT Dinda)

Perhitungan:

Harga kurs saham 105% x 30 x Rp 1.000.000 = Rp. 31.500.000

Biaya komisi dan materai = (Rp. 40.000)

Kas yang diterima perusahaan = Rp. 31.460.000

2. Harga jual 30 lembar saham = Rp. 31.460.000

Harga perolehan 30 lembar saham

'30 : 50 (Rp49.060.000) = (Rp. 29.436.000)

Laba penjualan surat berharga = Rp. 2.024.000

· 1 Juni 2005 (pembelian obligasi)

Surat-surat berharga Rp. 202.210.000

Pendapatan bunga Rp. 200.000

Kas Rp 202.410.000

Perhitungan:

Harga kurs obligasi 101 % x 10 x Rp 20.000.000 = Rp.202.000.000

Biaya komisi dan materai = Rp. 210.000

Harga prolehan 10 lembar = Rp. 202.210.000

Bunga berjalan:

2/12x6/100xRp20.000.000 = Rp. 200.000

Jumlah kas yang dibayar = Rp. 202.410.000

· 1 Desember 2005 (penjualan obligasi)

Kas Rp209.995.000

Pendapatan bunga Rp 200.000

Surat-surat berharga Rp 202.210.000

Laba penjualan surat berharga Rp 7.540.000

(Jurnal untuk mencatat penjualan 10 lembar obligasi PT Nanda)

Perhitungan:

1. Harga kurs saham 105% x 10 x Rp 20.000.000 = Rp. 210.000.000

Biaya komisi dan materai = (Rp. 250.000)

Harga jual 10 lembar obligasi = Rp. 209.750.000

Bunga berjalan

2/12x6/1 00xRp20. 000.000 = Rp. 200.000

Kas yang diterima = Rp. 209.950.000

2. Harga jual 10 lembar Obligasi = Rp. 209.750.000

Harga perolehan 10 lembar obligasi = (Rp. 202.210.000)

Laba penjualan surat berharga = Rp. 7.540.000

1 komentar:

kak,bagaimana kalau soalnya seperti ini :
1 Agustus dijual 10 lembar obligasi PLN 12% tersebut dan 40 saham PT Raisha dengan hasil bersih Rp
4.480.000 sudah termasuk perhitungan bunga obligasi PLN 12%)
.
.
.
mohon bantuannya

Posting Komentar

Pengikut

About this blog

Cari Blog Ini